Merindukan Pemimpin Dienul Islam |
Mungkin kita bisa menilai pemimpin yang sudah mati rasa atas penderitaan dan jeritan rakyat yang ingin sebuah keadilan dan perubahan yang lebih baik. Aspirasi rakyat tidak lagi penting saat kemenangan sudah berada di genggaman tangan. Mereka tidak akan mau melepaskannya meskipun harus mengorbankan rakyatnya.
Sebagian besar rakyat merasa ditipu. Ternyata yang menentukan bukan suara rakyat, tetapi tangan-tangan yang menginput data dan merekap suara mereka. Entah karena kelelahan sehingga salah masukkan angka atau memang disengaja, hanya Allah SWT yang tahu. Yang jelas, rakyat sudah mencium bau kecurangan mulai dari pra-pemilu, proses pemilihan di TPS, penghitungan suara, menginput data, sampai rekapitulasi hasil suara pemilu.
Sungguh memilukan, baru kali ini pemilu menelan banyak korban hanya karena memenuhi ambisi penguasa yang ingin mempertahankan kursi kekuasaannya. Tentu saja hal ini juga karena kematian petugas KPPS yang sangat misterius dan menelan korban mencapai 600 jiwa. Bahkan para pengamat politik mengungkapkan bahwa tahun 2019 adalah pemilu paling buruk dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Pemimpin yang ini lupa mengurusi rakyatnya karena disibukkan dengan ambisinya untuk bisa berkuasa lagi. Kekuasaan menjadi perhatian utamanya, bukan lagi mengurusi rakyat. Bila perlu, rakyat dikorbankan untuk memenuhi ambisi politiknya agar bisa terus berkuasa. Dia tidak peduli jika harus dibenci dan bermusuhan dengan rakyatnya. Rakyat disuruh bungkam atau masuk penjara bagi yang mengancam kekuasaannya.
Itulah gambaran kepemimpinan yang diterapkan semena-mena, menjadikan rakyat sebagai tumbal untuk kepentingan politiknya. Ambisi untuk berkuasa lebih kuat dari keinginan untuk mengurusi rakyat. Jadi, pemimpin yang tidak pernah dekat dengan rakyat. Mereka mendekat dengan rakyat hanya menjelang pemilu demi mengambil simpati rakyat agar mau memilihnya kembali. Tapi, semuanya yang dilakukan hanyalah pencitraan yang penuh dengan kepura-puraan.
Rakyat harus semakin cerdas, jangan mau tertipu dengan wajah lugu yang suka menipu. Rakyat telah mengalami sejumlah ujian dan kesakitan. Kesakitan yang paling sakit, kepedihan yang paling perih. Jangan lagi rakyat diam ketika meringis menahan sakit karena injakan kezaliman penguasa, penindasan dan tipu daya.
Rakyat mendambakan pemimpin yang memiliki akhlak dengan Millah (petunjuk/pedoman) Al Quran yang menjadikan umat Rahmatan lil Alamin dalam kekuasaan Dienul Islam.
Rakyat mendambakan kepemimpinan yang berdasarkan ajaran Islam. Karena sangat berbeda sistem kepemimpinan dalam Islam yang tujuan berpolitiknya adalah mengurusi urusan rakyat. Rakyat menjadi skala prioritas. Pemimpin sangat takut jika ada rakyat yang terzolimi dan diberlakukan tidak adil. Pemimpin sangat mendengar aspirasi rakyat dan bertindak cepat untuk memenuhi tuntutan rakyatnya.
Rakyat merasa aman karena bebas menyampaikan kritik pada penguasa tanpa ada tekanan dan ancaman akan dapat hukuman. Terpenuhinya seluruh kebutuhan rakyat adalah tujuan utama selama dia memimpin karena setiap langkah kepemimpinannya pasti dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Sungguh, kita merindukan kepemimpinan dalam Islam yang mencintai dan selalu mendoakan kebaikan untuk rakyatnya. Mereka saling mencintai sehingga kedamaian bisa terwujud. Pemimpin melindungi dan membela rakyatnya. Negara akan benar-benar terbebas dari intervensi asing karena rakyat mendukung sepenuhnya untuk bisa bebas dan merdeka mengelola negeri yang kaya raya ini.
Pasti hidup rakyat sejahtera, rasa aman terjamin, dan keadilan bisa terjaga. Tentunya, hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah impian itu bisa terwujud.
Wallahu ‘alam